Senin, 19 Juli 2010

PESERTA LOMBA NGEBLOG #3 MP ID : KHONSABABYSHOP

TITIP RINDU BUAT BAPAK

Bapak…Untukmu, kutitip cinta yang tak pernah habis Dimakan masa
Untukmu,Kukirimkan sebait doaYang mengalir di antara lorong-lorong hatiPada setiap titik yang kumohonkan padaNya.. Bapak,Rinduku, untukmu, selalu.
***
Semasa kecil, aku bukan termasuk anak yang dekat dengan sosok Bapak. Kebetulan beliau bekerja di sebuah institusi yang jam kerjanya sangat full, sangat sibuk. Shift kerja yang padat membuat Bapak jarang berada di rumah. Intensitas bertemu yang jarang membuat kami -aku dan adikku- kurang begitu dekat dengan beliau. Otomatis, kami lebih dekat dengan mamah, bahkan untuk hal-hal yang harus kami sampaikan ke Bapak, Mamahlah yang menjadi perantara untuk menyampaikan. Meskipun begitu, samar-samar aku masih mengingat beberapa hal tak terlupakan. Seperti saat Bapak pulang kantor malam-malam kemudian mendatangi kami yang sudah tertidur, lalu mengelus kening kami. Lain hari, Bapak merapatkan selimutku atau buku-bukuku yang masih berserakan di tempat tidur sementara aku sudah terlelap.

Menginjak SMA, barulah aku mulai merasakan kedekatan dengan sosok Bapak. Kebetulan saat itu Bapak dipindah kantor yang shift kerjanya lebih leluasa. Otomatis, semenjak mulai mencari sekolah, mendaftar, hingga MOS (Masa Orientasi Siswa) Bapak selalu menjadi pendamping nomor satuku. Mengantar jemput ke sekolah dan membantuku menyiapkan printilan-printilan aneh yang harus dibawa saat MOS, termasuk menemaniku begadang mengerjakan tugas MOS. Dari situlah aku mulai dekat dengan Bapak. Tidak hanya kedekatan secara fisik, secara hati pun aku mulai merasakan adanya ikatan yang kuat di antara kami. Diskusi-diskusi kecil kami saat berdua di atas motor kala beliau menjemputku pulang sekolah, atau pembicaraan ringan kami di depan rumah menjelang senja, termasuk ngobrol ngalor ngidul sambil pijet-pijetan atau colek-colek dan cubit-cubitan, becanda ala Ayah-anak menjadi rutinitas yang menyenangkan.

Tiga tahun kuliah di Jakarta dan berada jauh dari orangtua barangkali menjadi masa-masa yang tak akan terlupakan. Lagi-lagi Bapaklah yang menjadi pendamping utamaku, mengantarkanku registrasi ulang di kampus, mencarikanku kos, hingga mengantarku ke Jakarta. Di awal-awal kuliah, hampir setiap hari selalu ada telepon dari rumah. Memastikanku sehat-sehat saja, kerasan di kos, kuliah dengan baik, memastikan aku sudah makan dll. Maklum, ini pertama kalinya aku menjadi anak kos. Belum lagi SMS yang mampir silih berganti di HP. Dari mulai sekedar bertanya kabar, sudah makan atau belum, soal perkembangan kuliah , pesan untuk selalu menjaga kesehatan hingga memastikan uang saku masih cukup hingga akhir bulan :D. Dan sebagian SMS-SMS itu dikirim justru oleh Bapak, satu hal yang membuatku sangat merasakan betapa sayangnya beliau pada anak perempuannya.

Dan waktupun berlalu, hingga tiba masanya ketika Bapak melepasku menikah. Moment itu benar-benar menjadi sebuah moment yang paling unforgettable. Tak akan terlupakan. Moment saat Beliau menyerahkan tanggung jawabnya terhadapku kepada seorang laki-laki yang dipercayainya. Aku masih ingat benar (dan masih tersimpan di handphone) SMS yang Bapak kirim sebagai jawaban atas permintaan izin menikah yang aku ajukan. Begini jawabannya :
“Mbak, ga ada yang salah sama Mbak. Mbak tidak perlu minta maaf. Jodoh itu amanah dari Alloh. Bapak pingin kamu ketemu jodoh yang pinesthi. Bagaimanapun juga, kalau ada apa-apa di kemudian hari, anak perempuan itu akan kembali ke Bapaknya lagi. Bapak hanya pengin anak-anak Bapak semua bahagia. Semuanya tak serahkan ke Mbak. Bapak cuma bisa memberi restu dan izin, mudah-mudahan ini yang terbaik.  Dimanage sendiri ya step by step…”
Saat itu aku menangis sejadi-jadinya. Terharu. Bagaimana pun juga, aku ikut merasakan betapa beratnya Bapak melepasku…
***
Jumat, 20 Februari 2009 tepat pukul 14.30
Bapak menghembuskan nafas terakhirnya di RS Bethesda, Jogjakarta setelah dirawat hampir seminggu karena sakit. Aku masih ingat, hari-hari terakhir sebelum jatuh sakit, intensitas SMS dan telepon dari Bapak menjadi lebih banyak daripada biasanya. Satu hal yang sampai sekarang membuatku mbrebes mili menangis mengingatnya adalah, aku tak sempat menemani Bapak di hari-hari terakhirnya. Saat itu aku hamil 8 bulan. Kami baru akan pulang malam sabtu, jumat siang ternyata ALLOH berkehendak untuk memanggilnya lebih dulu. Sedih sangat, masih banyak hal yang ingin aku lakukan untuk Bapak, masih banyak hal yang ingin kulewatkan bersama dengan beliau. Namun kami harus ikhlas, karena skenario ALLOH selalu menjadi skenario terbaik yang pernah ada. Insya ALLOH, itu yang terbaik untuk Bapak…Allahummaghfirli wali wali dayya, warhamhumma kama robbayani shoghiiroo..

-19 Juli 2010-Titip rindu buat Bapak.

3 komentar:

  1. alasannya.. vote ummu khonsha ceritanya mengharu biru karna bener we'll never knew till it gone..
    baru kerasanya kalo kita tuh belum cukup bakti ma ortu tuh setelah kita benar2 kehilangan..

    BalasHapus