Sabtu, 24 Juli 2010

PESERTA LOMBA NGEBLOG #1 MP ID : REMBULAN INDIRA

Daddy, you know how much I love you..
I love you forever, I’d be by yourside..
Daddy, oh daddy..
I will always love you..
But I never stop trying to be your number one..
-I love you daddy – Ricardo and Friends –


Lagu ini tidak pernah gagal menyentuh hati saya. Tidak pernah gagal membuat saya merindu kehadiran papa saya. Ya, papa saya. Yang kini telah bersama Tuhan, melihat saya dari atas sana.. :)

Papa saya, Mayon Soetrisno, telah memberikan arti luar biasa dalam hidup saya. Dan ketika saya berpikir apa yang membuat saya bisa mencintainya tanpa syarat, saya kehabisan kertas untuk menjelaskan. Papa pejuang. Pejuang yang tidak pernah menyadari betapa keras perjuangannya karena semua dilakukan dengan senyum. Dan itu, menurut saya, adalah cara terhebat menjalani hidup. Dengan tersenyum..

Lahir sebagai anak ketiga dari lima bersaudara, papa dilahirkan dengan nama Edi Soetrisno, tapi lalu mengubahnya menjadi Mayon Soetrisno. Mayon sendiri adalah singkatan nama ibu dan ayah papa, Marsiti dan Saryono. Papa memutuskan hidup sebagai seniman. Seniman kere, kata papa. Hahaha. Papa sudah mencari uang sendiri semenjak  SMA, dengan cara yang sesungguhnya berat, tapi papa menjelaskannya dengan sangat gamblang dan menyenangkan. Ini cerita favorit saya, saya ceritakan ya..

Di masa sekarang, promosi sebuah film adalah promosi besar-besaran lewat konferensi pers atau pemutaran perdana atau barang-barang promosi lainnya. Namun dulu, papa cerita, promosi sebuah film dilaksanakan dengan sebuah becak. Yap, you got it right, becak. :D Becaknya dipenuhi poster-poster film di kiri dan kanannya dan di dalamnyalah papa saya berada. Memegang pengeras suara (toa) dan berseru mempromosikan “Saksikanlaaaaah..Saksikanlaaaah..Film arahan sutradara blablabla, berjudul blablabla, bercerita tentang anak yang memutuskan menikah dengan lelaki idamannya dan pergi dari rumah..Film yang menggugah hati..Menggugah emosi..Saksikanlaaaah..” Hahaha. Papa mengulang gerakannya dulu dengan penuh semangat, mengangkat tangan kanannya sementara tangan kirinya seolah-olah memegang toa. Dan bagian ini saya selalu tertawa terpingkal-pingkal..

Papa tidak lulus kuliah. Dikeluarkan. Haha. Alasan kenapa papa tidak lulus kuliah adalah hanya Tuhan yang tahu. Papa hanya bilang “Ya itulah yang terjadi kalau mahasiswa terlalu banyak baca buku..” Haha. Namun mama bercerita, papa keras hati dan selalu melawan omongan dosennya akan segala penjelasan tentang seni, saat dosennya berbicara tentang sebuah seni, papa akan melibas dengan penjelasan terperinci tentang seni itu dengan dasar-dasar dari buku yang sudah dibacanya. Tipe mahasiswa yang sgt menyebalkan (bagi dosen) dan papa dianggap tidak sopan, jd dikeluarkan. :D Apa papa menyesalinya? Well, saya tdk pernah bertanya si, tapi sepertinya tidak. Haha..

Dari saya kecil, saya sudah melihat papa menjadi seorang pengusaha. Ruang kerja papa ada di dpn kamar saya.  Setiap jam 2 pagi, saya selalu tahu papa bangun dan beranjak naik ke ruang kerja dan bekerja di balik meja super besar itu. Terkadang papa diam, menaikkan kakinya ke atas meja, menangkupkan tangannya di bawah dagu dan diam. Tak berapa lama papa tersenyum lalu mulai menulis. Ya, papa saya pada akhirnya, menjadi seorang penulis sekaligus mempunyai usaha penerbitan dan percetakan buku. Sukses? Saya rasa, ya..

Lalu apa hidup kami selalu penuh dengan kebahagiaan? Tidak..
Mama berkata, hidup dengan seniman itu harus selalu siap. Siap kaya, siap miskin, siap gila. Haha. Dan itu benar terjadi. Ada satu masa dimana kami sangat kaya, namun di masa lainnya, kami sangat kekurangan. Jika tidak kuat hati dan kuat iman, maka silahkan menjadi gila. Hehe. Naik turunnya kondisi keluarga kami ini, kata papa, sesungguhnya memberikan keuntungan bagi saya dan abang. Entah ini hanya excuse beliau utk tetap tersenyum cengengesan saat kami kekurangan atau apa, tetapi ya, saya pun meyakininya demikian. Kami harus pernah merasa sangat kekurangan, sehingga jika nanti kami berkecukupan, kami bisa bersyukur dan tidak memandang orang yang kekurangan dengan cela. Namun kami juga harus pernah merasa sangat kaya, sehingga tidak rendah diri saat bergaul dengan mereka yang juga berlebih dan juga tdk meremehkan seberapapun hasil yang kami dapatkan. Dengan cara ini, kami menjadi netral dan tertempa..

Papa meninggal di tahun 2005, karena sakit yang sudah lama menjadi sahabatnya. Setelah papa meninggal, seharusnya itu menjadi masa dimana saya bisa membenci beliau. Tapi entah kenapa, itu tidak terjadi..

Papa meninggalkan hutang bisnis setengah milyar lebih. Dengan keadaan mama yang seorang PNS, abang yang sebelumnya bekerja di kantor papa (dan dengan meninggalnya papa maka kantor papa tutup dan abang saya jadi pengangguran), dan saya yang masih kuliah, setiap malam saya menangis. Menangis memikirkan bagaimana harus menyelesaikan hutang itu. Menangis melihat mama berusaha begitu keras dan gaji bulanannya habis untuk membayar hutang bisnis papa. Menangis menyaksikan betapa abang saya jadi sangat membenci papa karena merasa papa membuat kami dalam derita. Dan itu semua berat. Namun kami berusaha, bersama..

Saya memutuskan untuk keluar dari kos yang dekat dengan kampus saya, menjual mobil saya (mobil saya BMW saat itu btw) dan melaju dengan kereta setiap harinya, sesuatu yang tidak pernah saya lakukan sebelumnya karena saya sudah dibekali mobil sejak SMA. Hari pertama naik kereta, mama memberi saya nasihat panjang lebar, saya sendiri santai dan tersenyum saja. Saya yakin saya akan baik-baik saja. Namun ya begitulah, harus belajar dari pengalaman memang, saya bingung kenapa saya membayar 6000 sementara kata teman-teman saya, tiket kereta hanya seharga 1500? Kereta datang, saya menaikinya, bingung lagi. Teman-teman saya bilang kereta itu tidak berpendingin dan penuh, tapi kenapa kereta saya berpendingin dan banyak kursi kosong? Ketika sampai dan keluar dari kereta, saya baru menyadari. Ternyata saya menaiki kereta ekspress dan sekarang saya berada diiiii….BOGOR. Hahaha. Stasiun dimana saya harus turun terlewat jauh. Jadi saya membeli tiket lagi. Tapi saya belajar, dan tdk mengulangi kesalahan yang sama lagi. Dan jadi punya bahan tertawaan. Hehe..

Mama terus berusaha keras. Puji Tuhan karier mama melesat. Mama memang pintar. Beliau dipercaya utk memberikan ceramah dan pelatihan di berbagai instansi pemerintah. Dan hasilnya? Wiiii, tak terbayangkan..

Abang saya juga mulai berusaha. Mengusahakan bisnis jual beli dan membangun koneksi dengan berbagai pihak..

Kami lulus pencobaan ini. Kami sanggup menyelesaikan hutang papa. Puji Tuhan. Dan kami tetap bersama. Tidak terpecah..

Dan untuk saya, saya tetap mencintai papa. Seberapa pun berat cobaan dan seberapa pun ringan kesempatan untuk membencinya..

Karena bagaimana pun juga, papa pahlawan saya. Papa andil dalam membentuk saya. Membentuk saya menjadi seseorang yang saya cintai. Diri saya. :) Terimakasih ya Pa. Ak tahu papa sudah bahagia di sana, bercanda dengan Tuhan, membicarakan banyak hal. Salam utk Tuhan ya Pa. Tuhan berkati papa selalu. Ak disini, selalu sayang papa. :)

Senyum dulu ah..

3 komentar: